//Debu di Tengah Badai
setiap kali aku bernafas pada kata-kata yang kiranya hidup ditengah badai,
setiap kali aku bernafas pada kata-kata yang kiranya hidup ditengah badai,
aku tahu persis bahwa kau sedang memikul Himalaya di punggungmu
sedang pohon-pohonnya makin mengakar, mencengkram punggungmu
erat-erat.
aku tahu kau tidak baik-baik saja, jujurlah--paling tidak pada diri sendiri.
kau boleh lelah, kau boleh sedih,
sepenuhnya manusiawi.
sabar, tegar,
semua ini ada maksudnya, semua punya tujuan.
entah mendewasakan atau mengecewakan,
tergantung.
kau sudah pernah memikul gunung lain di punggungmu,
sudah sepantasnya kamu menjadi lebih tangguh dari ini.
tidak apa-apa, jika kau rasa ini berat,
bagilah sebagian Himalaya untukku juga.
karena hati ini lebih teriris melihatmu termenung
daripada memikul Himalaya,
berdua,
bersamamu.
bagaimana sebenarnya mekanisme harapan itu sehingga ia lebih sering di luar ekspektasi?
bagaimana keresahan mempengaruhi keberhasilan sebuah harapan?
apakah kita dilarang resah dan seharusnya berhenti mengharapkan apapun?
lalu, untuk apa kampanye mengembangkan harapan sedemikian besarnya?
© [RUANG KATA]. Powered by Blogger and Manifest. Converted by LiteThemes.com