Archive for May 2013

Kisah di Sebuah Pantai-

Pijakan kaki yang kaku ini meninggalkan jejak yang cukup panjang disepanjang bibir pantai, dan...
Aku masih memegang tangannya. Cahaya matahari yang sebentar lagi tertidur dibawah laut segera mengguyurku dengan sinar emasnya. Semilir angin sore yang lumayan hangat, malu-malu mencolek kulitku.

Do you know, guys? It feels greaaaaat! Greater than everything in 'da world! Ooooh, i am so exited!

"Kau tahu? Jika aku Dewa Neptunus, takkan ku biarkan manusia-manusia serakah datang kemari, karena mereka hanya perusak." Dia membuka pembicaraan, setelah sekian lama yang kudengar selama perjalanan ini hanyalah suara ombak yang rewel ingin dihiraukan.

"Aku tahu. Dan jika aku-adalah-aku, maka aku takkan membiarkanmu serakah karena tidak mau berbagi dengan manusia serakah lainnya," Aku tersenyum lalu mencolek hidungnya. "karena pada dasarnya semua manusia adalah serakah, sayang."

"Tapi aku tidak serakah.." Dia langsung menoleh dengan tatapan penuh keheranan. Aku suka sekali tatapan itu.

Aku kembali menatap hamparan ombak di sisi kiri tubuhku. Suara ombak-ombak ini menggetarkan gendang telingaku, memaksa untuk didengarkan.

"Aku baru saja mendengar sesuatu yang mengejutkan kemarin." Pandanganku ditarik kedalam matanya, dalam-dalam.

"Boleh aku tahu?" Ia menggapai tanganku, membalas tatapan.

"Seorang pria tampan di kelasku ternyata diam-diam menyukaiku," Ia tercengang, pandangannya kabur entah menatap siapa. Mungkin pasir--yang sejak tadi membisu. "bagaimana menurutmu, sayang?"

Kita berhenti berjalan lalu duduk diatas gundukan pasir putih. Ia masih diam.

"Apa yang membuatmu berpikir terlalu lama? Bukankah itu pertanyaan yang mudah?" Aku tau apa yang akan dia katakan terhadap pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu perlu dijawab.

"Bodoh. Tentu saja aku takkan membiarkan pria itu merebutmu!"

"Aku tidak bilang jika dia akan merebutku," Aku menata kembali kata-kataku. "aku hanya mengatakan bahwa dia menyukaiku. Bukan mencintai. Kau bahkan berpikir terlalu jauh." Tawaku pecah, lalu berhenti karena ia menatapku heran. Lalu tak berselang lama, ia tertawa lebih keras dari tawaku. Manis sekali.

"Dasar serakah!" Aku menepuk pundaknya lembut, lalu menyisir rambutnya dengan jemariku... lalu menggapai genggamannya lagi.

Begitulah kami, terus berjalan di tepi pantai menantang matahari. dihibur ombak yang terus bernyanyi sambil menari riang, hingga sang surya bersembunyi dibalik cakrawala senja.

             -e-



karena sesungguhnya mencintai dalam diam tidaklah pernah indah.-