Hi, Fellas.

Sebulan sudah semenjak aku kembali lagi ke kota perjuangan, Bandung.
Hari-hari paling melelahkan sepanjang hidupku. Elda capek. Hari yang aku habiskan lebih banyak untuk keperluan kuliah, daripada my me-time. Aku rindu waktu untukku sendiri, untuk bersenang-senang, atau sekedar menikmati 30 menit tanpa memikirkan tugas apapun. Memandangi dinding kamar yang sepi tanpa bayang-bayang deadline. It kills my brain. Hampir nyerah, but thank God i am still alive.

Rindu. 
Aku juga rindu tidur nyenyak. Sebulan ini, aku cuma tidur 4 jam sehari. Pernah, sih, 5 jam tidur, but i forget when it was. Bangun tidur jam 7 pagi (sering banget kelewat subuh and it made me feels like kafir everytime i lost my subuh), tidur jam 3 pagi. Sempet nangis sendiri di kamar karena gatahan sama cape yang gabisa diredakan. Sempet pingin mundur dan nyerah sama semuanya, tapi aku sadar aku bukan pengecut. Semua ini pilihan dan aku yakin Allah yang menggiringku kesini, dan semua cerita yang akan aku lalui adalah alur kehidupan yang terbaik. I do believe in it.

Senang.
Aku senang dan nyaman dengan kamar kost sendiri. Lebih banyak waktu menikmati lagu-lagu yang aku banget tanpa perlu khawatir orang lain akan bosan. Aku mengisi kamar dengan barang-barang semauku tanpa perlu cemas ada yang kecewa dengan tata letaknya. Aku senang karena Allah lagi-lagi mengajarkan ikhlas yang sesungguhnya. Dan janji Allah sungguh nyatanya. Alhamdulillah.

Sedih.
Aku sedih jauh dari keluarga dan koko. Aku rindu mereka semua. Hari-hari kulewati dengan rindu yang menggantung tanpa sempat dipatahkan oleh pertemuan. Aku sedih, arah hidupku belum jelas, sejak kampus impianku menolakku mentah-mentah. Aku tidak tau berjalan kemana, hanya mengikuti remah-remah yang berserakan dijalan. Dan remah-remah masih mengantarku pada detik aku menulis kata ini sampai detik kamu membaca tulisan ini.

Kecewa.
Aku kecewa pada diri sendiri. Heran mengapa akhir-akhir ini malas belajar, tidak ada semangat belajar. Aku cuma ingin pulang. Namun, aku sudah disini. Terlalu jauh untuk memutar. Kecewa pada beberapa hal yang tidak sesuai perkiraan.

Semua hal ini membuatku utuh seperti manusia, tanpa aku menyesal sedikitpun atas apa yang telah dan akan terjadi. Hari-hari melelahkan mengajarkanku betapa hidup tak semudah mengedipkan mata dan semua akan terpenuhi seketika. Minggu-minggu yang memaksaku untuk sadar bahwa sudah saatnya untuk berpikir jauh kedepan, untuk masa depan yang lebih baik. Cheers.