Archive for September 2016

kisah koma yang enggan menjadi titik.

pada laman ini,
kamu adalah setiap kata yang dirangkai jadi kalimat.

cerita kita adalah paragraf-paragraf sumbang,
sedang kita
adalah prosa yang panjang.

huruf demi huruf,
spasi demi spasi,

titik samar-samar terlihat,

kita berlari secepat cahaya,
yang ternyata adalah koma.

fatamorgana ujung.

koma yang panjang.
         yang lama.
         yang enggan menjadi titik.

aku tidak pernah tau bahwa koma akan semenyakitkan ini.

/// tidak cukup

dua ribu maaf yang diikat satu sama lain memang tidak akan pernah cukup, kata Dia. 
Pun kata ku. 
Sudah ratus-ribuan maaf diantara kita, namun aku masih saja jatuh pada jiwa yang salah. 
Aku tidak tahu apakah jiwamu yang salah, aku yang salah, atau kita yang tidak akan pernah benar? Manusia sibuk mencari pembenaran, sedangkan kita membiarkan semua rasa ini memang salah, dibiarkan bersalah sampai salah satu dari kita sakit hati. 


Lalu muncullah "maaf-maaf" itu. 
Maaf yang sudah tidak bergejolak lagi, yang hanya angin lalu.

maaf apa lagi yang kita butuhkan, Dia?

aku sudah sepenuhnya memaafkan diriku sendiri,
namun hati tetaplah hati.

ia akan selalu jatuh di tempat hampa paksa,
sekeras apapun rasa memaksa pergi.

i finally forgive my self.


"Seringkali maaf adalah perihal diri, bukan orang lain."


Bahwa bagian tersulit dalam perihal memaafkan orang lain adalah memaafkan diri sendiri.

Bahwa diri pernah tidak berhati-hati dalam menerima.
Bahwa diri pernah serta-merta memberi semua yang dia punya,
bahkan yang diri tidak pernah sadari bahwa diri memilikinya.

Bahwa hal sebesar dan setulus itu pernah terbuang-terinjak-terbunuh

sia
sia.

finally had those smiles again.

sebab

malam ini,
langit tumpah ruah,
                            begitu deras,
sementara kamu terselip pada rintikan-rintikan
yang sempat jatuh di pipiku,
menjelma pada rindu yang tidak mampu berwujud.

sebab
kamu adalah ketiadaan.