Ujung Mana Lagi yang Harus Kita Terka?

Semua terasa semakin salah.


Ketidaksengajaan ini jatuh pada waktu yang salah, mungkin.

Atau justru kitalah yang salah.

Ku kira semua ini akan membaik bersama waktu,
nyatanya memburuk, bahkan rentan jatuh.

Nyatanya, di atas sana, 
seseorang sedang berdiri tegak,
hatinya ragu,
tangguh namun rapuh,
menatap harapan yang tak kunjung digelar
dan sempat dibangun oleh asumsi-asumsi.

Semua ini semakin tidak jelas
dimana ujungnya,
bagaimana akhirnya,
dan siapakah kita pada akhirnya?

Kamu terus berjalan
dan memaksaku ikut
menyusuri benang-benang yang tiada akhir,
hingga;
"ujung mana lagi yang harus kita terka, sayang?"