No More ITB Stuffs, This Is The Reality.

Sesuai janjiku berminggu-minggu kemarin, aku akan menuliskan cerita tentang hasil SBMPTN ku.

Gini, ada satu hal yang jadi harapanku sejak SD yang sampai saat ini belum juga tercapai. Sederhana, masuk di sekolah yang bener-bener aku inginkan. Sederhana, tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lolos SBMPTN bukan sekedar tentang penguasaan materi dan tingkat kecerdasan, tapi lebih tentang keberuntungan.

Aku sangat ingat perjuanganku untuk berlatih soal-soal. Mulai dari TST hampir setiap hari, melahap puluhan soal setiap hari, mengejar materi yang belum paham, beli buku macem-macem, mengerjakan tryout sekuat tenaga berusaha mengerjakan sendiri sampai akhirnya PGku sudah mencapai 42% :'), sampai rela kehujanan cuma agar bisa mengikuti KBM di tempat bimbingan.

Aku sudah terlanjur optimis bisa melalui SBMPTN dengan lancar, sampai akhirnya aku menemukan satu masalah besar. Aku hanya bisa mengerjakan satu soal fisika. Saat itu aku sangat yakin jawabanku benar sampai akhirnya aku tahu bahwa jawabanku salah. Sangat salah. Mengetahui itu, aku menangis senangis-nangisnya. Kecewa, sedih, marah sama diri sendiri. Satu soal fisika itu benar-benar menodai seluruh perjuanganku untuk diterima di ITB (but, no more ITB stuffs for now, sakit hati udah). Kecewa yang bener-bener ga bisa diungkapkan dengan kata-kata. Merasa semua yang aku perjuangkan sia-sia. Pesimis luar biasa. Ngga mungkin ITB, ngga mungkin ITS, ngga mungkin negeri.

Hari demi hari aku lewati dengan pesimis. Aku tidak punya nyali untuk memberitahukan tentang soal fisika itu kepada mamaku atau papaku. Aku belum siap mengecewakan mereka (lagi). Sampai akhirnya mamaku menyelamatkan semuanya. Beliau menyuruhku mendaftar Telkom University. Aku berusaha belajar lebih giat lagi, dan usaha itu berbuah hasil yang membahagiakan. Aku diterima di jurusan Teknik Industri (waaaaa). Saat itu, aku masih berharap ada keajaiban yang bisa membantuku agar bisa diterima di ITB. Aku terus berdoa dan berdoa.

Hari pengumuman itupun tiba. Allah menjawab doaku, aku gagal SBMPTN. Tidak munafik, aku ingin sekali menangis saat itu. But, it doesn't matter at all. Percuma menangis. Inilah kenyataannya. Aku tidak diterima. Namun, aku bersyukur sudah ada cadangan di Telkom University. Alhamdulillahirobbilalamin.

Mungkin jalanku bukan di ITB atau ITS. Mungkin nyamanku bukan di ITB atau ITS. Mungkin baikku bukan di ITB atau ITS. Mungkin sukses ku disini, di Telkom University.

WELCOME COLLEGE LIFE!