aku adalah kepingan munafik.

semua muka ini; bahagia, melupakan, tertawa, hingga menari di sela-sela hujan,
sia-sia.

rasa ini, yang kubangunkan dinding tinggi-tinggi,
kutekan dengan bebatuan sebesar gunung,
sialnya, terus membelah diri, menggunung,
lalu bertransformasi jadi air.

menenggelamkanku,
dari leher, naik naik,
tiba-tiba pada mulut.
aku bungkam, namamu masih terucap,
meski hanya gumam-gumam, naik naik,
tibalah pada hidung,
aku tidak lagi bisa bernafas, namun
namamu masih terikat pada oksigen-oksigen yang kuhirup
sedetik sebelum air-air ini merendamnya, naik naik,
pada telinga.
aku tidak mendengar, namun suaramu mendengung
memekik ingin pergi. ah!
naik-naik,
air berhenti pada mata.
aku buta, dingin, dan gelap.


naik-naik.
air meninggi, tinggi, tinggi sekali.
tubuhku tidak mampu lagi menahan,
tidak ada lagi perlawanan.
lalu menggenang hingga semua sel tubuhku
memberat, memberat,

hingga aku tidak lagi mengapung,
hingga air tidak tahu akan meninggi sejauh apalagi.

hingga aku hanyalah kepingan munafik yang berusaha naik-naik setinggi rasa yang tidak lagi jadi kendaliku.

"tolong!"